LPS Turunkan Bunga Penjaminan Jadi 6%

       Jakarta –  Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memutuskan untuk menurunkan suku bunga penjaminan untuk simpanan rupiah pada bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR) sebesar 25 basis poin (bps). Sementara untuk suku bunga penjaminan simpanan rupiah valuta asing (valas) tetap.

Demikian disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah dalam jumpa pers di Equity Tower, Jakarta, Jumat (24/2/2020).

“Bank umum tingkat bunga penjaminannya untuk rupiah jadi 6%. Valas 1,75%. BPR jadi 8,5%. Berlaku mulai 25 Januari 2020 besok sampai 29 Mei 2020,” katanya.

Hasil evaluasi penetapan tingkat bunga penjaminan LPS ini diperoleh setelah mempertimbangkan sejumlah indikator, di antaranya tren suku bunga simpanan perbankan yang cenderung masih terus turun, kondisi likuiditas perbankan yang membaik, dan volatilitas pasar keuangan global yang mereda.

LPS mencatat, dari 62 bank yang dipantau sejak 23 Desember 2019 sampai 23 Januari 2020, tercatat bank umum mengalami penurunan tingkat bunga penjaminan simpanan rupiah sebesar 8 basis poin (bps) jadi 5,28%. Sementara untuk simpanan valas naik 1 bps jadi 1,06% dalam periode 10 Desember 2019 sampai 22 Januari 2020.

“Pasca penurunan suku bunga acuan BI sebesar 100 bps pada tahun lalu, dan bunga acuan The Fed yang turun, suku bunga simpanan perbankan menunjukkan tren penurunan yang lebih lambat,” kata Halim.

Di sisi lain, dana simpanan perbankan juga menunjukkan tren yang turun. Kondisi ini menunjukkan likuiditas perbankan membaik, di mana pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) lebih tinggi dari pertumbuhan kredit.

“Kami melihat rasio likuiditas kuartal I tahun ini juga masih stabil. Ini dipengaruhi oleh kebijakan moneter BI yang tetap akomodatif, dan upaya BI menyediakan likuiditas di pasar uang antarbank,” katanya.

Volatilitas pasar keuangan juga relatif mereda pasca perundingan dagang AS-China.

“Hal ini menyebabkan likuiditas membaik, inflow juga. Sehingga bank masih akan salurkan kredit. Secara keseluruhan stabilitas keuangan juga membaik,” katanya.

Adapun suku bunga penjaminan ini akan berlaku hingga 29 Mei dan akan kembali diupdate pada Mei dan September mendatang. Masyarakat diimbau untuk selalu memperhatikan ketentuan tingkat bunga penjaminan simpanan ini karena suku bunga simpanan yang ditawarkan di atas tingkat bunga penjaminan maka tak dijamin oleh LPS.

sumber: https://finance.detik.com/moneter/d-4871934/lps-turunkan-bunga-penjaminan-jadi-6

OS

Bank Perkreditan Rakyat Dituntut Siap Hadapi Era Digital

Liputan6.com, Jakarta – Industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR)-Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan industri yang tangguh dalam menghadapi gelombang apapun. Industri BPR telah menghadapi pasang surut dari kehidupan industri keuangan di Negeri ini.

Industri BPR-BPRS saat ini hidup dalam ekosistem ekonomi yang sangat dinamis, penuh dengan persaingan usaha, regulasi yang dinamis dan hadirnya disrupsi teknologi.

Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Joko Suyanto mengatakan, industri ini tetap survive dan hadir melayani masyarakat pedesaan dan Pelaku UMKM. Hal ini terlihat dariindikator kinerja Industri BPR-BPRS yang masih tumbuh positif.

“Sampai dengan Agustus 2019, aset industri BPR mencapai Rp 143 triliun atau tumbuh 9,47 persen dibandingkan posisi tahun lalu. Kredit yang disalurkan kepada pelaku UMKM mencapai Rp 106 triliun atau tumbuh 11,44 persen,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (25/11/2019).

Kemudian, fungsi intermediasi juga dapat dengan jalankan dengan baik, hal ini terlihat daritabungan yang tumbuh sebesar 9,98 persen dan deposito tumbuh sebesar 11,07 persen dibandingsetahun yang lalu.

Selain itu, hal yang menggembirakan, lanjut Joko, jumlah nasabah yang dilayani mencapai 15,6 juta rekening. Nasabah tersebut didominasi oleh penabung sebanyak 11,5 juta rekening dan rata-rata jumlah tabungannya sebesar Rp 2 juta. Sedangkan nasabah debitur sebanyak 3,6 juta rekening dan rata-rata pinjamannya adalah Rp 29 juta.

“Hal ini tentunya mencerminkan, industri BPR-BPRS memang hadir untuk melayani masyarakat kecil dan pelaku UMKM di seluruh wilayah Indonesia. Seperti kita saksikan bersama, khususnya dalam beberapa waktu terakhir, teknologi informasi dan komunikasi, khususnya penetrasi internet dan smartphone telah mengalami perkembangan yang sangat luar biasa,” jelas dia.

Dalam konteks di Indonesia misalnya, kata Joko, laporan dari McKinsey pada 2018 dan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia di 2018 menunjukkan bahwa dari 265 juta penduduk Indonesia, 178 juta merupakan pengguna telepon seluler, 171 juta penduduk merupakan pengguna internet dan 130 juta merupakan pengguna media sosial aktif.

“Revolusi digital yang saat ini sedang terjadi telah menyadarkan kita bahwa saat ini kita telahberada pada tahap permulaan dari revolusi industri 4.0, yaitu revolusi yang mentransformasi proses bisnis dengan lebih memanfaatkan teknologi informasi, otomasi, termasuk artificial intelligence, internet of things, dan digital economy,” ungkap dia.

Revolusi digital tersebut kemudian secarasignifikan telah mengubah cara pandang dalam melakukan aktivitas ekonomi di berbagai belahan dunia seperti penggunaan e-commerce yang masif dan telah melahirkan model-model bisnis baru diantaranya berupa layanan peer-to-peer lending dan sharing economy.

Melihat kenyataan tersebut, Industri BPR-BPRS harus melakukan inovasi dan adaptifterhadap perkembangan teknologi yang ada. Walaupun keunggulan komparatif yang dimilikioleh Industri BPR-BPRS yang tidak akan pernah tersaingi yaitu fokus melayani UMKM, pendekatan personal, pelayanan mudah dan cepat, BPR sebagai community Bank dan keberadaannya menyebar merata di seluruh Indonesia.

Untuk itu, pilihan Industri BPR-BPRS dalam merespon revolusi digital adalah melakukan strategic partnership dan kolaborasi. Tentunya dengan model bisnis yang saling melengkapi, menguntungkan dan mendorongtumbuh bersama. Sehingga dampak akhirnya, masyarakat yang dilayani lebih mudah, cepatdan aman.

alah satu upaya tersebut adalah melalui Tema Rapat Kerja Nasional Perbarindo 2019 yaitu Penguatan Sinergi BPR-BPRS untuk Memperluas Akses Layanan Perbankan Menuju Kemandirian Ekonomi.

Dalam acara Seminar Nasional nanti, akan dihadiri oleh narasumber dari berbagai Industri yang dalam waktu dekat ini, tidak tertutup kemungkinan akan bersinergi dan berkolaborasi dengan Industri BPR-BPRS, yaitu antara lain KEIN RI, Koinwork, OVO, Investree, Bukalapak dan GETI (Authorized Global Channer Partner Alibaba.com).

Industri BPR-BPRS yakin Sinergi dan koloborasi dengan berbagai pihak strategis merupakan kunci untuk meningkatkan dan memperkuat daya saing Industri BPR-BPRS dalammenghadapi tantangan perekonomian global, disrupsi teknologi dan menjaga momentum pertumbuhan Industri BPR-BPRS untuk memperluas akses layanan dalam upayamewujudkan masyarakat yang sejahtera dan mandiri secara ekonomi.

Untuk itu, dalam momentum Rakernas ini, Perbarindo akan melakukan penandatangan MoUdengan PT. Geti (ATT Group Alibaba.com, Authorized Global Channer Patner).

Adapun bentuk kerjasamanya adalah Program Mentoring Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dalam upaya Akselerasi Pemasaran E-Commerce Dari Pasar Lokal Menuju Pasar Global.

Selain itu, dalam momentum Rakernas kali ini akan adalah di launchingnya Aplikasi GCG danMR BPR yang dinamakan BPRudent Platform. BPRPrudent adalah Aplikasi yang dapatmembantu BPR-BPRS mengimplementasikan tata kelola Perusahaan dan manajemen risiko sesuai dengan ketentuan regulasi yang ada.

Sebelumnya Perbarindo sudah meluncurkanSistem Informasi Perbarindo, Rumah Lelang Perbarindo dan Jaringan Bersama (sharingbandwith). Dalam waktu dekat, Perbarindo juga akan merampung aplikasi penunjangoperasional BPR-BPRS yaitu Loan Organising System (LOS), Skoring Kredit, Human Capital Management (HCM) dan aplikasi lainnya.

Semuanya dilakukan untuk menyediakan rumah besar yang menyediakan kebutuhan apapun untuk kemudahan dan menunjang bisnis anggota Perbarindo.

sumber: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4119124/bank-perkreditan-rakyat-dituntut-siap-hadapi-era-digital

Os